Senin, November 12, 2007

Sistem Biometrik Pembuluh Darah di Jari (Finger Vein Biometric Systems)


Teknologi pembuktian menggunakan Pembuluh Darah Di Jari dari Hitachi adalah salah satu teknologi pengidentifikasian biometrik yang paling maju. Dalam biometrik, ada beberapa metode yang digunakan yang didasarkan kepada sidik jari, selaput mata, dan suara. Namun demikian metode ini terkadang memiliki tingkat keamanan yang rendah karena fitur-fitur dalam metodenya terekspos di luar tubuh manusia dan dapat saja dipalsukan. Untuk mengatasi masalah ini Sistem Biometrik Pembuluh Darah Di Jari dari Hitachi mengidentifikasi pola-pola yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga mengurangi ketidaktepatan dan meningkatkan kehandalan dan keamanan.

Mendisiplinkan Karyawan dengan Biometrik

Tuhan menciptakan manusia dengan memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Bagian-bagian tubuh manusia tidak ada yang sama antara satu sama lain. Oleh karena itulah bagian-bagian tubuh manusia seringkali digunakan untuk mengetahui identitas seseorang.
Tak heran apabila sejak beberapa abad yang lalu sidik jari digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi. Contohnya adalah VOC yang di masa zaman penjajahan kerap menggunakan sidik jari sebagai tanda yang sah dalam melakukan proses authentifikasi dengan tujuan-tujuan tertentu. Sampai kini sidik jari masih kita gunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan proses authentifikasi seperti pembuatan KTP, SIM, dan lain-lain.
Seperti halnya sidik jari, tubuh kita juga memiliki bagian-bagian lain yang memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. keunikan-keunikan tersebut menimbulkan gagasan bagi manusia untuk memanfaatkannya sebagai identitas diri. Seiring perkembangan teknologi, manusia menggunakan teknologi yang secara otomatis dapat mendukung dalam proses identifikasi seseorang. Teknologi inilah yang kita kenal dengan biometrik (teknologi semi konduktor). Biometrik merupakan metode untuk mengenali seseorang berdasarkan karakter fisik maupun perilakunya.
Saat ini ada banyak perusahaan yang mengembangkan teknologi biometrik untuk digunakan di perusahaan-perusahaan. Salah satu perusahaan ternama yang mengembangkan teknologi biometrik adalah International Biometric Group. IBG merupakan perusahaan yang menyediakan solusi dan jasa biometrik. Sejak 1996, IBG telah menjalankan bisnis untuk keamanan jaringan dan sistem identifikasi.
Baru-baru ini, IBG mengeluarkan Biometrics Market and Industry Reports 2007-2012 yang menyajikan analisis mengenai aplikasi dan teknologi biometric di pasar global. Hasilnya menunjukkan bahwa teknologi biometrik menggunakan AFIS/Live Scan paling banyak digunakan dengan prosentase 33,6%. Sementara itu teknologi biometrik sidik jari atau biasa kita kenal dengan Fingerprint menempat urutan kedua dengan 25,3%.
Meskipun biometrik sistem yang tersedia di pasaran dapat menggunakan berbagai bagian tubuh mulai dari tekstur wajah, suara, retina, iris dan denyut jantung, namun hand scanner dan finger scanner merupakan tipe yang paling banyak digunakan perusahaan-perusahaan untuk absensi.
Mengenai hal ini, Anil Jain, seorang professor dari Michigan State University yang menjalankan the school’s biometric research program dan memiliki hak paten penggunaan fingerprint mengatakan bahwa hand geometry machine atau mesin identifikasi menggunakan tangan lebih banyak digunakan untuk absensi kehadiran
karena teknologi ini sudah tersedia sejak 25 tahun yang lalu. Beberapa perusahan besar di Amerika Serikat yang menggunakan hand scanner diantaranya bergerak di bidang industri rumah sakit dan laboratorioum seperti Merck, Bristol-Myers Squibb, Pfizer dan DuPont. Ada juga nama-nama restoran ternama seperti McDonald’s, Burger King, Dunkin’ Donuts dan Papa John’s Pizza.
Sementara itu, fingerprint scanner yang merupakan teknik yang nomor dua paling banyak digunakan untuk absensi digunakan oleh perusahaan-perusahaan seperti IBM, Hertz, Disney, TJ Maxx, Nordstrom, GAP, Office Depot, dan lain-lain. Selain itu the Transportation Security Administration baru-baru ini juga memasang fingerprint scanner untuk 55.000 lebih karyawannya yang dipasang di lebih dari 450 bandar udara di seluruh Amerika Serikat.
Mmeskipun kebanyakan perusahaan sedang berjalan untuk mengotomatisasi timekeeping system namun biometrik masih digunakan dalam jumlah persentase yang kecil dalam pengumpulan data dan waktu kehadiran. Hal itu berdasarkan 2006 payroll benchmark research dari The Hacket Group dimana 33% perusahaan masih menggunakan paper time cards untuk absensi dan kehadiran karyawan.

Alat Pendeteksi Kebohongan Lewat Scanning Mata



Gunakan Diameter Pupil Sebagai Tolok Ukur Banyaknya kebohongan yang terjadi di dunia ini merupakan hal yang perlu diwaspadai dan dicari cara untuk mengetahuinya. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menguji semua itu. Dari sikap, gerak mata, luas pupil mata dll. Untuk itu diperlukan alat yang dapat mengetahui meminimalisir kebohongan ini. "Salah satu alat untuk mendeteksi kebohongan adalah detektor kebohongan melalui perubahan diameter pupil mata. Ini aku buat selama sekitar sebulan, ujar Dharma. Bermodalkan sebanyak 400 ribu, pelajar PENS-ITS berkulit sawo matang ini mampu merampungkan alat tersebut.Mesin pendeteksi kebohongan dari pupil mata ini memiliki tiga bagian inti. Yaitu Laptop atau komputer, kamera webcam yang sudah dimodifikasi dan power suplai. Alat ini, dapat aktif karena kerjasama software dan webcam yang sudah dimodifikasi. Pemrogramannya menggunakan software Visual Basic 6.0.Cara kerja alat ini sangat simpel dan mudah. Langkah awal, kita harus menyalakan seperangkat komputer yang didalamnya sudah ter-install software pendeteksi kebohongan lewat pupil mata. Setelah seperangkat komputer menyala, kita langsung menghubungkan kamera yang dikelilingi infrared ini ke lubang USB komputer. Alat scanning tersebut akan dijepitkan pada sebuah topi atau helm. Setelah kamera berhasil mencari posisi mata kita, maka dilakukan proses thresholding. Proses ini bertujuan memisahkan bagian pupil mata dengan bagian mata lainnya. Sehingga dengan menentukan batas thresholding yang tepat, maka bagian pupil mata dapat dipisahkan dari bagian lainnya. Jika sudah demikian, maka alat ini akan melakukan proses perhitungan diameter pupil mata. Dengan menghitung jumlah titik hitam pada tiap frame, dapat diketahui luas pupil mata. Setelah luas pupil mata diketahui, diameter pupil mata dihitung dengan rumus luas lingkaran biasa.Diameter pupil mata pun diketahui bisa diketahui dengan menggunakan perhitungan ini. Perubahan diameter lingkaran akan dibuat grafik dan ditampilkan pada software. Kitapun siap memberikan pertanyaan ke subjek. Jika dia berbohong maka pupil mata besarnya tidak stabil. Dari grafik akan tampak perubahannya.


sumber : JawaPos Online

Teknologi Biometrik Persempit Pemalsuan Data

PEMBUATAN paspor dengan sistem foto terpadu berbasis biometrik, mulai diterapkan di Kantor Imigrasi (Kanim) Bandung, Senin (6/2). Pemerintah menganggap penting untuk menerbitkan paspor dengan teknologi itu, mengingat tuntutan perlunya security features canggih dan sulit ditiru, agar paspor RI sulit dipalsukan. Dalam paspor baru dilengkapi pengamanan dengan teknologi biometrik (Pikiran Rakyat, 11/2/06).





SEORANG pemohon paspor melakukan pindai jari tangan saat proses pembuatan paspor dengan sistem foto terpadu berbasis biometrik yang mulai diterapkan di Kantor Imigrasi (Kanim) Bandung sejak Senin (6/2).*M. GELORA SATA/”PR”



Penerapan teknologi biometrik tentu berbeda dengan teknologi sebelumnya yang memisahkan pembuatan foto dan sidik jari. Teknologi biometrik mampu mempersempit proses tersebut dalam beberapa menit yang terhubung secara online dengan kantor pusat sebagai penyimpan data biometrik (wajah dan sidik jari) dan antarkantor imigrasi untuk mencegah perolehan paspor ganda (lebih dari satu) pada orang yang sama karena memiliki dokumen identitas ganda.
Dalam arti lain, sistem personalisasi (pengisian data) berdasarkan Machine Readable Passport (MRP) foto terpadu dengan media stiker/label yang digunakan selama ini, diganti dengan sistem cetak langsung (direct printing) pada halaman data (data page). Dalam aplikasinya, foto dan sidik jari dilakukan secara elektronis dengan imaging system, sehingga tidak mudah dipalsukan atau dikelupas. Sekarang timbul pertanyaan, apakah dengan penggunaan teknologi biometrik data pada paspor itu betul-betul tidak dapat dipalsukan atau hanya mempersempit ruang gerak dunia bisnis pemalsuan paspor?
Teknologi biometrik
Manusia dengan akalnya memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu teknologi. Begitu juga kehadiran teknologi biometrik merupakan hasil dari manusia-manusia kreatif yang telah mengembangkan ilmunya. Teknologi biometrik adalah suatu metode untuk mengidentifikasi atau mengenali seseorang berdasarkan karakteristik fisik atau perilakunya.
Pengembangan teknologi biometrik ini dilatari bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki sesuatu yang unik/khas. Keunikan tersebut tentu hanya dimiliki oleh dirinya sendiri. Untuk mewujudkan gagasan itu, tentu harus didukung oleh teknologi yang secara otomatis bisa mengidentifikasi/mengenali seseorang dengan memanfaatkan teknologi semikonduktor.
Sebenarnya, sidik jari hanya sebagian dari teknologi biometrik yang bisa dimanfaatkan, sebab bagian-bagian dari tubuh manusia yang bersifat unik/spesifik dan juga akurat ada banyak jumlahnya, di antaranya adalah sidik jari, struktur wajah, iris, dan retina mata. Namun, pada saat ini teknologi yang paling berkembang ialah pengenalan dengan sidik jari.
Persempit pemalsuan
Penggunaan alat teknologi biometrik merupakan bagian dari proses autentikasi. Selama ini para ahli keamanan, terutama dari pengusaha pembuat produk biometrik sidik jari mengatakan, untuk mengakali alat tersebut merupakan hal yang mustahil (tidak mungkin terjadi). Alasannya, sidik jari merupakan hal unik. Sidik jari tiap orang berbeda dan tidak mungkin sama persis.
Argumentasi para ahli tersebut, memang benar dan diakui oleh umum. Namun, bagaimana kalau kondisi orang yang punya jari itu dipotong, lalu dibawa ke tempat mesin biometrik sidik jari? Atau orangnya sendiri ditodong kemudian disuruh untuk mengautentikasikan sendiri ke mesin biometrik tersebut?
Hal-hal tersebut merupakan beberapa kemungkinan sadis yang dilakukan oleh mereka yang berkepentingan untuk mendapatkan data palsu. Namun, apa yang dilakukan seorang profesor matematika dari Jepang, Tsutomu Matsumato adalah sangat sederhana sekali untuk mengakali mesin biometrik sidik jari ini.
Seperti apa yang dikutip oleh Harianto Ruslim, penulis buku ”Hack Attack”, profesor matematika dari Jepang itu menggunakan gelatin (gel atau agar-agar) dan cetakan plastik untuk menghasilkan gummi yang berbentuk jari dengan sidik jarinya ada di gummi tersebut. Perbuatan ini dapat mengakali 11 sistem autentikasi sidik jari dengan tingkat keberhasilan sebesar 4 kali dari 5 kali usaha atau tingkat keberhasilannya mencapai sekira 80 persen.
Artinya, dengan proses yang dilakukan profesor tersebut, ada kemungkinan yang besar kalau orang lain untuk menindaklanjuti, bisa jadi sidik jari yang ditinggalkan seseorang di gelas misalnya, dapat kita pindahkan dan dibuat jari palsunya dari bahan jeli.
Akhirnya, yang harus kita sadari bahwa security bukanlah hanya semata-mata penggunaan teknologi, melainkan suatu perjalanan. Sehingga, benar adanya apa yang dikatakan Kepala Humas Ditjen Imigrasi, Drs. Soepriatna Anwar, bahwa dengan penggunaan teknologi biometrik diharapkan pengamanan paspor RI sebagai dokumen negara dapat ditingkatkan dan ruang gerak sindikat pemalsuan paspor dapat dipersempit. Di samping itu, bukankah teknologi --apa pun bentuknya--pasti punya kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal-hal tersebut demi kebaikan.***

Teknologi Identifikasi Biometrik

DALAM tayangan film layar lebar ala Hollywood sering kali kita melihat adegan di mana seseorang hendak memasuki sebuah ruangan rahasia. Untuk itu ia harus melewati sebuah perangkat identifikasi untuk memastikan bahwa hanya yang berhak yang dapat memasuki ruang tersebut. Ada berbagai metode, mulai dari menggesek kartu, memasukkan nomor, password, hingga memindai (scan) ibu jari dan matanya.
Tidak hanya itu, di bagian awal novelnya yang berjudul “Angels and Demons”, penulis Dan Brown--penulis novel best seller dan kontroversial, “The Da Vinci Code”--mengambil latar belakang sebuah lembaga penelitian CERN di Swiss. Diceritakan bahwa penelitian rahasia tentang anti-materi sedang dilakukan oleh seorang peneliti dalam sebuah ruangan bawah tanah yang dilengkapi dengan teknologi pengamanan yakni otentikasi dengan pemindaian retina mata manusia atau lebih dikenal dengan teknologi biometrik.
Dalam pengamanan fisik dikenal istilah access control yakni usaha untuk membatasi bahwa hanya orang-orang tertentu yang telah terdaftar yang dapat memasuki sebuah gedung atau ruangan. Usaha ini dapat dilakukan mulai dari bantuan manusia seperti satpam hingga perangkat mekanik seperti kunci, atau teknologi seperti sistem smart card. Mengapa biometrik?
Setiap tubuh manusia diciptakan oleh Tuhan secara unik dengan berbagai kombinasi struktur DNA yang tak terhingga dan sama sekali berbeda. Bahkan orang kembar pun mempunyai perbedaan karakter dan perbedaan lainnya. Teknologi biometrik memanfaatkan keunikan ini untuk memastikan bahwa hanya orang yang terdaftar dalam sistem yang diperbolehkan memasuki sistem, disertai dengan teknologi andal tanpa perlu pengawasan oleh manusia sebagai penjaga layaknya satpam.
Sidik jari
Awalnya teknologi biometrik bertumpu pada pengenalan sidik jari. Beberapa teknologi pemindaian jari antara lain optical fingerprint, digital fingerprint, capacitance fingerprint, thermal fingerprint, dan ultrasonic fingerprint. Pada optical maupun digital fingerprint, prinsipnya adalah dengan mengambil gambar dari jari yang dipindai. Namun, jika jari terkontaminasi oleh tinta, krim, atau lotion, teknik ini menjadi tidak efektif. Sedangkan capacitance fingerprint menghasilkan kualitas image yang lebih baik karena mampu mengambil gambar permukaan jari di bawah tinta atau kotoran yang menempel di jari. Akan tetapi, dengan area pemindaian hanya 0,5 inci x 0,5 inci, tidak cukup akurat untuk bisa mengidentifikasi seseorang. Alat ini juga sensitif terhadap pengaruh listrik statis.
Pada thermal fingerprint, sinar infra merah digunakan untuk mengindera perbedaan temperatur antara cekungan dengan bagian yang timbul pada sidik jari dalam pembentukan image sidik jari.
Pada ultrasonic fingerprint, menggunakan frekuensi gelombang suara yang tinggi untuk menangkap image jari. Ultrasound dapat menembus medium yang tertempel pada jari dengan kualitas image yang tinggi dan akurat sehingga disebut sebagai metode terbaik.
Salah satu kekurangan dari sistem identifikasi sidik jari adalah kelemahan yang memungkinkan sidik jari palsu bisa digunakan. Mungkin pembaca pernah melihat film Charlie’s Angel yang menunjukkan adegan di mana musuh Angel diminta memegang sebuah gelas, lalu sidik jarinya yang menempel pada gelas diambil sebagai pola sidik jari palsu yang dibuat dari bahan karet. Metode penipuan sidik jari ini ternyata betul secara ilmiah bisa digunakan untuk menipu scanner sidik jari. Ini dibuktikan oleh seorang peneliti dari Jepang, Prof. Tsutomo Matsumoto. Karena alasan itulah orang kemudian mencari sistem biometrik yang lebih andal.
Pemindai retina dan iris
Retina merupakan bagian dari mata yang bertanggung jawab pada kemampuan melihat manusia. Pola dari pembuluh darah yang membentuk retina mata sama uniknya dengan sidik jari. Prinsip teknologi retinal scanning adalah memindai pola pembuluh darah kapiler pada retina dengan sumber cahaya intensitas rendah. Tahun 1987, alat pemindai retina yang pertama dibuat oleh Leonard Flom dan Aram Safir dan telah dipatenkan. Namun, menjelang tahun 1994 John Daugman mengembangkan teknologi pemindaian iris yang menjadi pesaing retinal scanner.
Prinsip pemindaian retina
Retinal scanning berdasar pada jaringan kapiler halus yang memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi retina. Pembuluh darah ini menyerap cahaya dan dengan mudah dapat divisualisasikan dengan penerangan yang tepat. Untuk itu, diperlukan jarak yang dekat antara mata dengan scanner, posisi mata terhadap scanner yang pas dan tidak ada pergerakan mata seperti berkedip atau melirik. Agar posisi mata pas, terdapat sebuah titik kecil berwarna hijau yang harus dilihat oleh mata sebagai titik acuan. Cahaya koheren intensitas rendah ditransmisikan pada mata kemudian refleksi image pola pembuluh darah kapiler retina dicatat oleh komputer.
Retinal scan ini tidak bisa 100 persen akurat dan kurang cocok sebagai alat keamanan universal karena meski biasanya seumur hayat manusia pola pembuluh darah kapiler retinanya tidak berubah, namun penyakit diabetes, glaukoma, dan katarak mampu mengubahnya.
Pada proses pemasukan data atau pendaftaran orang yang diberi hak akses, diperlukan minimum 5 hasil scan sekira 45 detik, sedangkan pada proses otentikasi hanya diperlukan 10-15 detik. Image yang diperoleh file-nya berukuran 35 bit terdiri dari 320-400 titik referensi yang kemudian dikonversi menjadi sebuah peta retina dan digunakan untuk mencocokkan. Jadi, singkat kata, setiap orang yang hendak masuk dicek dulu apakah peta retinanya ada yang cocok dalam daftar.
Pemindaian iris
Dalam perkembangannya retinal scan dianggap terlalu mengganggu untuk alat deteksi keamanan karena mata harus sedekat mungkin dengan scanner. Selain itu, efek negatif jangka panjang dari cahaya scanner jarak dekat terhadap mata menjadi ganjalan teknologi ini. Karena kelemahan di atas, teknologi pemindaian iris pun muncul sebagai kompetitor kuatnya. Iris, jaringan yang memberi warna mata kita juga unik di mana peluang terjadinya dua iris identik ialah 1 banding1.078, bahkan iris mata kiri dan kanan seseorang pun berbeda.
Prosedur pemindaian iris lebih mirip dengan pemindaian sidik jari yaitu dengan menganalisis beberapa ciri khas pada jaringan yang mengitari pupil misal galur-galur kontraksinya. Sebanyak 240 titik dicatat dengan ukuran image 512 bit. Kelebihannya, jarak antara mata dengan scanner bisa sampai 3 kaki (kurang lebih 1 meter) dengan waktu 20 detik dan dibutuhkan 2 detik saja untuk proses identifikasi. Selain itu, penggunaan kacamata atau pun contact lense tidak akan mengganggu pemindaian maupun identifikasi. Untuk mengatasi usaha mengelabui sistem dengan menggunakan mata palsu, cahaya yang ditransmisikan ke mata diubah-ubah intensitasnya. Jika pupil tidak membesar dengan intensitas yang makin tinggi, artinya mata yang dipindai adalah palsu.
Keperluan keamanan
Teknologi biometrik digunakan untuk keperluan identifikasi dan otentikasi. Untuk otentikasi, diperlukan akurasi yang tinggi untuk menjamin pengaksesan yang terbatas. Baik retinal scans maupun iris scans memberikan akurasi yang tinggi. Pengguna pertama retinal scans adalah militer dan agen pemerintah Amerika Serikat seperti CIA, FBI, dan NASA. Teknologi ini juga digunakan oleh Cook County Prison di Illnois untuk memastikan identitas para narapidana.
Beberapa bank di Jepang menggunakan retinal scans di mesin ATM untuk mencegah pihak yang tak punya hak memasuki sistem mereka. Selain itu, identifikasi iris mata juga digunakan pada tempat-tempat umum seperti bandara Schiphol, Belanda ,sejak tahun 2001. Di sini, scanner iris mata digunakan sebagai pengganti paspor. Uni Emirat Arab juga menerapkan teknologi ini di 17 pintu perbatasan juga sejak tahun 2001. Kapan di Indonesia?***

Software Engineering

Arti Software Engineering :
Ilmu yang mempelajari tehnik pembuatan software yang baik dengan pendekatan tehnik (Engineering ap­proach)

Dalam membuat software yang baik, ada beberapa cara :
1. Fase Perencanaan (Planning) :
  • Rencana software
  • Analisa kebutuhan software
  • Analisa cost banefit (Salah satu bagian dari studi kelayakan)

2. Fase Pengembangan (Development) :

  • Coding
  • Testing
    Macam-macam test program :
    i) Unit test (Test per modul)
    ii) Integreated test (Test penggabungan dari modul-modul yang telah diuji)
    iii) Validated test (Diuji dengan data sebenarnya)
    iv) System test (Test dilakukan dengan lingkungan sebenarnya)
    v) Topdown test (Test gabungan dari atas ke bawah)
    vi) Bottom up test (Test gabungan dari bawah ke atas)

3. Fase Pemeliharaan (Maintenance) :
Jenis-jenis maintenance

  • Koreksi (Corection)
  • Adaptasi (Adaptive)
    Software dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman
    c) Adaptasi yang berkembang pada dewasa ini terbagi atas :
    - Sistem Operasi
    Pengarahan sistem operasi yang bersifat multi user. Contoh : UNIX
    Sistem operasi yang bersifat jaringan. Contoh : NOVELL
    - RDBMS - Relational DataBase Management System
    Berkembang dalam bentuk bahasa SQL (Structure Query Language).
    - Bahasa
    Mengarah pada perkembangan bahasa generasi ke empat (4GL - Fourth Generation Language)
    Bahasa 4GL adalah suatu bahasa yang dibuat untuk meningkatkan produktifitas programmer dan end user. Contoh :
    a) INFORMIX - Dapat dijalankan pada PC dengan minimum RAM 4MB + 640KB dan disk sto­r­age > 40MB
    b) ORACLE
    c) INGRES
    d) AS / SET - Digunakan pada IBM AS 400
    e) POWER HOUSE - digunakan pada HR 3000
    - PerfectiveMenyempurnakan software yang ada biasanya dilakukan karena permin­taan / saran / kritik user.

Apa itu HCI ?

Interaksi Manusia – Komputer
Komputer dan alat – alat yang terkait dengannya harus didesain dengan mempertimbangkan bahwa manusia, yang memiliki perintah spesifik dalam pikirannya, ingin menggunakan komputer dan alat – alat terkait sedemikian rupa sehingga dapat sepenuhnya membantu pekerjaan keseharian mereka. Untuk dapat melakukan hal tersebut, orang – orang yang mendesain sistem ini harus mengetahui bagaimana caranya memikirkan perintah – perintah yang akan diberikan oleh pengguna nantinya, serta bagaimana caranya menterjemahkan pengetahuan tersebut ke dalam sistem yang dapat diproses. Komputer dan alat – alat yang terkait dengannya harus didesain agar:

  • Sesuai dengan perintah – perintah yang diberikan
  • Mudah digunakan
  • Memberikan umpan balik bagi performansi
  • Menampilkan data dalam format yang sesuai dengan penggunanya
  • Sesuai dengan prinsip – prinsip ergonomi dalam perangkat lunak


Apa yang dimaksud dengan HCI? HCI melibatkan desain, implementasi, dan evaluasi dari sistem interaktif dalam konteks perintah dan pekerjaan pengguna (user)§ Dengan pengguna (user), kita dapat mengartikan pengguna individual, sekelompok pengguna yang bekerja bersama, atau pengguna yang berurutan dalam sebuah organisasi yang masing – masing berhadapan dengan suatu bagian dari pekerjaan atau proses.§ Dengan komputer, kita mendefinisikan setiap teknologi, mulai dari desktop komputer secara umum sampai sistem dalam skala besar dari komputer, sistem pengontrol proses atau sistem yang terbangun di dalamnya. § Dengan interaksi, kita mendefinisikan setiap komunikasi antara pengguna (user) dan komputer, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Siapa yang terlibat dalam HCI
Ergonomics for the user’s physical capabilities
Computer science & engineering to be able to build the necessary technology
Business to be able to market it
HCI dapat dipastikan merupakan sebuah subyek yang multidisiplin. Desainer ideal dari sebuah sistem interaktif seharusnya memiliki keahlian dalam berbagai topik: ilmu pengetahuan psikologi dan kognitif,
sosiologi, ilmu dan teknologi komputer, dan lain – lain. Kita ingin mendukung sudutpandang multidisiplin dari HCI, namun kita juga memiliki pendirian sebagai seorang ilmuwan komputer. Tujuannya adalah agar dapat menjadi multidisiplin namun tetap praktis. Kita fokuskan khusus pada ilmu komputer, psikologi, dan keilmuan kognitif sebagai pembahasan utama, dan aplikasi keilmuan – keilmuan tersebut pada desain. Disiplin ilmu yang lain akan dibahas hanya untuk memberikan masukan yang relevan. Teori dan HCI Tidak ada teori secara umum dan khusus mengenai HCI yang dapat disajikan di sini. Ada tiga isu utama yang kita perhatikan: manusia, komputer, dan pekerjaan yang dilaksanakan. Begitu juga dengan HCI, interface yang bagus dan cantik secara artistik akan sangat menyenangkan dan dapat merampungkan pekerjaan yang dibutuhkan, sebuah perkawinan antara seni dan ilmu pengetahuan yang menghasilkan sebuah kesuksesan secara menyeluruh. Fokus utama dari desain:

  • Perbaikan/penentuan yang cepat

  • Berpikir seperti seorang pengguna (user)

  • Berani mencoba

  • Melibatkan pengguna (user)

  • Diulang

Rabu, November 07, 2007

Microsoft Windows Vista






Kelebihan
Tentu saja pengalaman baru menjelajah PC dengan rasa tridi (3D) yang canggih berkat Aero
Perbaikan dan penambahan fitur yang terlalu panjang untuk disebutkan disini
Lebih sedikit system-crash dibanding pada Windows XP
Built-in Support Option yang memberikan keleluasaan lebih kepada pengguna

Kekurangan
Fitur-fitur canggihnya bekerja optimal hanya pada lingkungan Windows
Belum dibarengi dengan diluncurkannya software yang secara eksklusif mendukung dan bersinergi dengan fitur-fitur Vista
Terlalu banyak varian seri yang mungkin akan membingungkan calon pengguna

Windows Vista adalah sistem operasi pertama yang diluncurkan Microsoft setelah 5 tahun setelah XP. Tentu saja ini bukan kurun waktu yang singkat bagi sebuah perusahaan pembuat perangkat lunak yang menguasai sebagian besar pasar OS. Yang akan paling bahagia dengan diluncurkan Windows Vista tentu saja mereka yang selama ini sangat menikmati lingkungan Windows sehari-hari, mulai dari Win XP, IE 7, MSN, Live.com, dan berbagai aplikasi desktop keluaran Microsoft. Bukan hanya karena kini pekerjaan mereka akan semakin dimudahkan oleh Vista, tetapi juga dimanjakan oleh berbagai fitur yang akan membuat pengguna makin betah berlama-lama di depan komputernya untuk keperluan apapun.

Windows Vista diluncurkan dalam 6 varian ‘rasa’ dengan satu – dua edisi yang mungkin tidak tersedia di suatu wilayah tertentu. Dari yang paling ‘sederhana’ yaitu Windows Vista Starter yang tidak tersedia di Amerika hingga Windows Vista Ultimate yang menjadi edisi terlengkap dari semua keluarga Vista. Diantara Starter dan Ultimate terdapat Vista Home Basic, Vista Home Premium, Vista Business, dan Vista Enterprise yang dijual dalam bentuk OLP (Open License Product).

Mendekonstruksi Peran Mouse


Site dontclick merupakan situs research tentang kebiasaan pengguna dengan piranti masukan mouse. Aturannya sederhana saja : penggunanya diharamkan menggunakan tombol atau meng-klik mouse mereka. Semua interaksi menggunakan medium pergerakan kursor pada koordinat x-y layar. Gambar dan informasi yang bersesuaian akan muncul dengan cukup mengarahkan mouse kita ke menu yang kita inginkan. Artinya klik digantikan dengan mode gerakan. Ada berbagai macam eksperimen di situ termasuk juga tutorial serta eksperimen bagaimana kita mengganti klik dengan gerakan sirkular pada layar.
Jika Anda ternyata mengklik tikus di bawah tangan Anda ketika sedang berkunjung ke sana, maka mereka akan merekamnya. Sengaja atau tidak, mereka akan mengkonfirmasinya. Termasuk keseluruhan gerakan yang Anda lakukan saat bertandang ke situs dontclick. Namanya juga penelitian. Mereka butuh mengerti bagaimana pengalaman pengguna akan membentuk suatu persepsi psikologis kognitif saat mereka menghadapi lingkungan yang baru apalagi mensarahkan meninggalkan kebiasaan lama pengguna komputer. Apakah teknik tersebut bermanfaat dalam mendekati pengguna? Apakah pengguna merasa nyaman atau malah frustasi? Secara ergonomis apakah ada hubungannya antara menghilangkan klik mouse dengan kesehatan manusia? (ini sepertinya berlebihan).
Saya sendiri salut dengan ide brilian ini. Ternyata bisa juga tombol yang imut itu ditinggalkan. Navigasi web yang smooth dan mudah. Namun sekali lagi ia tidak cukup signifikan untuk diterapkan. Klik tetaplah lebih nyaman. Karena ada hal2 yang tidak tergantikan oleh gerak.
Pertama adalah real model. Beragam inovasi diluncurkan agar User Interface (UI) semirip mungkin dengan dunia nyata. Pemodelan yang paling sederhana misalnya adalah sebuah tombol (button). Tombol berfungsi untuk memicu sebuah action. Menggunakannya adalah dengan cukup ditekan. Dalam hal ini pemodelan meng-klik mouse lebih mirip menekan tombol daripada sekedar menyentuh atau meraba-raba. Tolong, jangan ngeres ya.Kedua yaitu faktor feedback. Mouse mampu menyajikan kemantapan dan kepuasan umpan balik bagi pengguna. Gerakan meng-klik tombol, sensasi sentuhan atas-bawah berpegas, suara ‘klik’ dari mouse lebih mampu membuat pengguna merasa terwakili. Alias lebih marem.
Alasan lainnya adalah tidak semua menu ingin kita lihat. Jika kita tak sengaja mengarahkan mouse ke menu lain maka akan tampil informasi lain. Hal ini cukup mengganggu jika kita sedang fokus membaca sebuah informasi yang cukup panjang. Akhirnya adalah kita harus selalu waspada dengan keberadaan posisi kursor kita. Salah letak bisa membuat kita berjarak dengan informasi yang kita butuhkan. Capek d!
Tak kalah penting yaitu alokasi gerakan kursor yang dilakukan oleh UI dontclick akan lebih banyak. Apalagi jika klik diganti dengan gerakan memutar di atas sebuah pilihan. Padahal terlalu banyak menggerakkan mouse hanya untuk mengakses menu merupakan salah satu ciri antarmuka yang kurang bersahabat.

Computer Supported Collaborative Research (CSCR)

CSCR merupakan bidang baru terkait riset masyarakat HCI. CSCR merupakan kelanjutan dari pendahulunya, yaitu Computer Supported Collaborative Work (CSCW) dan Computer Supported Collaborative Learning (CSCL). Keduanya ini merupakan subyek riset HCI hampir sepuluh tahun yang lalu.
Gambar berikut menampilkan kedudukan dari ketiganya (merupakan bagian dari HCI)




Perbedaan utama antara CSCW dan CSCL yaitu bahwa CSCW dikarakteristikan oleh “kebutuhan akan ruang kerja (workingspace)” sedangkan CSCL membutuhkan ruang kerja dan ruang belajar (learningspace)
Workingspace adalah domain tempat aktivitas-aktivitas berikut berlangsung: communication space, scheduling space, sharing space, dan product space.
Learning space adalah domain yang memuat seluruh aspek workingspace ditambah dengan aktivitas berikut: reflection space, social space, assessment space, tutor space, dan administration space
Perbedaan utama antara CSCR dan CSCL adalah bahwa suatu rekord penuh dari seluruh interaksi antar partisipan merupakan tool penting dan dibutuhkan untuk mengevaluasi kontribusi setiap anggota dalam suatu collaboratiob group yang nanti dapat menentukan “suatu share modal yang adil (a fair capital share) apabila proyek riset berjalan dengan sukses.is successful.
CSCR membutuhkan Workingspace, Learningspace, dan aktivitas-aktivitas berikut: knowledge space, publication space, privacy space, publication space, negotiation space.






(Sumber VH-Hoare)