Awal April 1990 adalah saat-saat kembalinya rombongan dosen PET-ITS ke kampus Sukolilo setelah menimba ilmu di negeri Sakura dalam program training selama satu tahun. Mereka adalah Moh. Milchan dan Hari Wahjuningrat (Telekomunikasi, Sendai), Joke Pratilastiarso (Applied Electronics, Tokyo), Dedid CH (Industrial Electronics, Kurume) dan penulis (Computer Eng., Kumamoto). Bila bagi mereka saat itu adalah saat kembali ke pangkuan ibu pertiwi, tidak demikian halnya bagi para expert Jepang yg mengikuti mereka ke Indonesia. Selama di Jepang tiap dosen itu dibimbing oleh seorang expert di bidang masing-masing. Prof. Furuya untuk Telekomunikasi, Prof. Masaki untuk Applied Electronics, Prof. Ohbuchi untuk Industrial Electronics, dan Asc. Prof. Matsumoto Tsutomu untuk Computer Engineering. Beliau berempat ini mengiringi para dosen ke Indonesia dan meneruskan membimbing murid-muridnya itu di bumi nusantara ini selama satu tahun.
Sebetulnya bidang yg dipelajari oleh para dosen itu (termasuk penulis) tidak ada yang berkaitan langsung dengan bidang robotik yg sekarang justru menjadi icon PENS (EEPIS). Namun secara kebetulan, laboratorium tempat penulis belajar (Lab. Information Control di Kumamoto National College of Technology) memiliki sejumlah proyek robotik yg menjadi ciri research di lab itu. Dua proyek yg sedang dijalankan ketika itu adalah robot micromouse dan robot Yamabiko (mirip seperti spesifikasi robot cerdas yg dipertandingkan di Kontes Robot Cerdas Indonesia, KRCI yg baru untuk pertama kalinya digelar di UI 10-11 Juli 2004 lalu). Karena setiap hari mangkal di lab yg sama dan tiap hari pula melihat kesibukan para mahasiswa KNCT yg menggarap proyek itu maka minat penulis muncul, sehingga bidang computer engineering yg penulis tekuni (Mac-O/S, Unix-BSD O/S, dan system development kit untuk modul FZ80 yg sampai sekarang masih digunakan sebagai modul praktikum mikroprosesor itu) mendapat obyek aplikasi yg tepat. Minat robotik yg penulis tunjukkan rupa-rupanya menggerakkan Matsumoto-sensei untuk mewadahi sekaligus memunculkan ide-ide melanglang ke beberapa tempat rekan beliau yg menjadi partner kolaborasi riset di bidang robotika itu. Salah satunya adalah Prof. Shinichi Yuta dari Tsukuba University. Di lab beliau inilah penulis, Dedid CH dan Joke Pratilastiarso melihat kegiatan proyek riset robot Yamabiko yg kala itu sudah termasuk robot unggulan di kancah riset di Jepang.
Kembali ke tanah air memunculkan ide penulis untuk mulai mencari jamaah mahasiswa yg berminat dalam bidang robotik untuk menemani penulis "menyalurkan hobby" sekaligus menjadikan proyek robotik berkelanjutan sebagai tugas-tugas akhir mereka. Diilhami oleh robot micromouse - yg ketika pulang ke tanah air penulis diberi "seekor" modul robot micromouse buatan Namco oleh Matsumoto-sensei - penulis mulai merayu beberapa mahasiswa PET-ITS yg ketika itu paling senior adalah tingkat 3 atau berada di semester 5. Saat yg tepat, ketika PET-ITS baru mulai akan meluluskan mahasiswanya untuk yg pertama kalinya penulis berhasil menggiring segolongan daripada mereka untuk mulai membangun "kandang robot" ruang sekatan Lab Digital JJ-102. Tak tanggung-tanggung, 12 mahasiswa alhamdulillah berhasil penulis rayu untuk menjadi generasi pertama pembangun kandang robot itu, seperti dalam tabel berikut.
Tabel 1: Mahasiswa generasi pertama penghuni Kandang Robot JJ-102
| | |
Robot Micro Mouse Versi Z80A.1.00 | Rancang Bangun Sistem Minimum Pilot Prosesor Z80A dan sistem Sensor RMM V.Z80A.1.00 | 1. Bowo Astoto 2. Surjansyah |
Rancang Bangun Sistem Minimum Co-Pilot Prosesor Intel-8748A dan sistem penggerak Stepping Motor RMM V.Z80A.1.00 | 1. Rusnardi 2. Totok Priyambodo | |
Pemrograman RMM V.Z80A.1.00 menggunakan Hitech-C Cross Compiler dan PROASM-II dengan 8048.LIB | 1. Tjandra Ary Purnomo 2. Teddy Hartman Subayu | |
Robot Route Runner Versi 1.00 | Rancang Bangun Sistem Minimum Pilot Prosesor Z80A dan sistem Sensor RRR V.1.00 | 1. Budi Dwi Rahardjo 2. B. Soegijo |
Rancang Bangun Sistem Minimum Co-Pilot Prosesor Motorola-6809 dan sistem penggerak Stepping Motor RRR V.1.00 | 1. Walujo S. 2. Ismail Rokhim | |
Pemrograman RMM V.Z80A.1.00 menggunakan Hitech-C Cross Compiler dan PROASM-II dengan 8048.LIB | 1. Agus Handrianto 2. Abi Setiarsono |
Enam mahasiswa yg lain, yaitu Eko Wahyu, Zainur Rahman, Teguh Subrata, Sam'an, Bambang Sukrisno dan Ishak Irawan kebagian proyek untuk mengembangkan System Development Kit berbasis prosesor Z80A. Bagaimanapun juga mereka ini termasuk penghuni-penghuni awal ketika kandang robot baru berdiri.
Dengan bekal proyek-proyek yg mereka garap secara rutin penulis mengadakan seminar kecil tiap 3 bulanan diantara mereka dan mengundang beberapa expert Jepang yg sedang bertugas di PET-ITS termasuk Matsumoto-Sensei dan Makino-sensei (Team Leader JICA kala itu). Dan dalam seminar itu mahasiswa harus melakukannya dalam bahasa Inggris! Tak kurang dari 3 kali seminar selama satu tahun berhasil diadakan selama mereka menggarap proyek robotik sebagai tugas akhir itu. Seminar kecil terakhir tercatat dalam arsip penulis adalah diadakan pada 16 Januari 1991. Dan alhamdulillaah, rupa-rupanya taktik penulis mengundang para expert itu dalam seminar mahasiswa membuahkan hasil yg diluar dugaan.
Suatu hari di akhir bulan Januari 1991 Matsumoto-sensei bertanya kepada penulis, apakah berani terima tantangan ikut tanding dalam kontes micromouse yg pada tahun itu akan diadakan di Singapura. Wah ! ini tantangan yg sangat membanggakan, terutama bagi mahasiswa yg tergabung dalam tim RMM (Robot Micro Mouse). Tidak dapat segera penulis jawab, demikian pula Matsumoto-sensei setengah resmi menantang (melihat bahwa robot kami masih bayi sekali). Perlu diketahui, grup riset Matsumoto-sensei di Jepang telah beberapa kali secara rutin mengikuti kontes robot micromouse antar negara itu (Micromouse contest yg pertama diadakan di Tsukuba pada th 1985). Rupa-rupanya beliau diskusi panjang lebar dengan para expert yg lain, membincangkan kemungkinan PET-ITS berkiprah di kontes-kontes robot di Jepang.
Suatu hari ketika para mahasiswa peneliti RMM dan kawan-kawannya berkutat dengan persiapan ujian, dan mahasiswa tingkat dua mulai menapakkan kaki menuju ke tingkat tiga, Matsumoto-sensei dan Makino-sensei menyampaikan hal yg sangat menantang kepada kami bahwa PET-ITS diundang oleh NHK (Nippon Hooso Kyokai) untuk berlaga di NHK Robocon 1991 pada bulan Nopember. Hanya, tema Robocon ini sama sekali beda dengan kontes micromouse. Robocon lebih menekankan pada kerjasama tim dan kurang dalam penerapan teknologi. Apalagi Robocon ketika itu hanya mempertandingkan robot manual. Namun, ternyata inilah awal pembuka mata bahwa dunia robot adalah dunia yg kaya sekali akan parameter dan variabel yg membuat kita tak pernah berhenti berpikir dan berinovasi.
Maka, atas perkenan para pimpinan PET-ITS kala itu tantangan diterima oleh PET-ITS dan otomatis penulislah yg mendapat tugas pertama membimbing tim robot PET-ITS. Beratnya, para anggota tim terpilih adalah semua baru tercatat sebagai mahasiswa semester 5 dan bukan mereka yg mengerjakan proyek RMM ataupun RRR (Robot Route Runner). Hal ini karena generasi pertama sudah lulus ketika proyek Robocon 1991 baru dimulai.
Adalah suatu awal yg sangat amat melelahkan ketika para anggota tim terpilih (terdiri dari 9 mhs dengan 3 anggota utama: Arief Avianto, Sudibyo dan Praz Isnamu) dan penulis sebagai pembimbing sama-sama buta tentang rancang bangun robot untuk Robocon. Inilah awal-awal dimana bekerja nyaris 24 jam sehari menjadi ciri dari orang-orang Robocon. Penulis masih ingat, rata-rata berat badan para anggota tim turun drastis selama ikut terlibat dalam kerja keras itu. Penulis sendiri ketika itu hanya sekitar 46-47kg. Paling banter 48kg! Apa beda mhs dengan pembimbing ? Tidak ada ! Semua pada turun tangan bekerja di bengkel mekanik. Dukungan yg luar biasa kala itu, baik dari kalangan dosen (yg ketika itu masih beberapa gelintirJ) maupun dari pucuk pimpinan. Penulis masih ingat, Ketua Program Studi Elektronika sebagi induk dari departemen dimana penulis berada adalah Mohammad Nuh yg sekarang tengah menjabat sebagai rektor ITS. Ketika itu belum dikenal istilah robot loakan, karena semua komponen baru ataupun buatan bengkel profesional seperti bengkel Panasonic dan sebuah bengkel spring di Gresik.
Alhamdulillaah, kepercayaan para expert JICA untuk menyertakan tim dari PET-ITS atau yg lebih dikenal mereka sebagai EEPIS membuahkan hasil. Dalam pertandingan awal tim EEPIS berhasil menumbangkan tim dari Kyoto, meski dalam pertandingan babak berikutnya bertekuk lutut dng tim lain (semua peserta dari Jepang kecuali satu dari EEPIS). Ini saja sudah jauh melebihi target karena memang kala itu tidak ada target apa-apa. Robot dapat bergerak saja sudah cukup. Yg membanggakan tim EEPIS lebih sering disebut sebagai Surabaya Koosen (Politeknik Surabaya) tanpa menyebut nama negara. Ini mengisyaratkan bahwa mereka menerima tim EEPIS sebagai bagian dari komunitas koosen (politeknik) yg ada di Jepang. Ha, jadi politeknik Jepang cabang Surabaya !
Di akhir pertandingan tim EEPIS malah dinobatkan sebagai tim dengan ide terbaik! Award ini sangat membanggakan karena nilainya sama dengan juara (nampak dari besarnya piala yg sama besar, sementara piala-piala yg lain lebih kecil). Entah apa pertimbangan para juri, yg jelas sistem pantograf yg kami terapkan kala itu berhasil memukau penonton. Robot yg semula tiarap, menjadi tinggi sekali ketika menarik pantografnya. Dan teknik ini menjadi ciri khas yg tidak dimiliki oleh tim-tim lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar